Antara Medsos dan Berita yang Dianggap Sensasional

0

PERKEMBANGAN teknologi semakin membuka jendela dunia. Informasi begitu cepat menyebar. Cukup memegang smartphone (telepon pintar), siapa pun bisa menyebarkan berita. Nah, ini menjadi tantangan media cetak dan elektronik menghadapi tantangan menjamurnya media online. 

HAL ini tergambar pada seminar Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisne dan Terorisme di Masyarakat yang berlangsung di Hotel Victoria Banjarmasin, Kamis (27/7/2017) itu dihadiri berbagai lapisan dari wartawan, mahasiswa juga staf humas kepolisian.

Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel, Fathirrahman meminta media bisa terus memperkuat peran sebagai sarana informasi yang menyajikan berita faktual.”Sebab, saat ini media sosial juga punya andil dalam memberikan informasi,” ucap Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Kalsel ini.

Ia mencontohkan saat isu ada tas berisi bom di kawasan Jalan S Parman beberapa waktu lalu. Informasi itu begiti cepat menyebar via facebook, instalgram dan media sosial lainnya. Padahal, informasi itu masih diragukan kebenarannya. Namun sudah banyak masyarakat yang termakan isu. Untungnya, media konvensional akhirnya bisa merangkum kabar burung itu kalau tas yang diletakkan begitu saja pada sebuah rumah toko bukan lah berisi bom.

Sementara M Amin, Staf Ahli Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik Pemprov Kalsel memaparkan sambutan Gubernur Sahbirin Noor yang menegaskan terorisme bukan kejahatan biasa, dan merupakan ancaman serius. Menurut Amin, ancaman serius memandang pantas bagi semua pihak, termasuk media menutup ruang gerak aksi terorisme. Hingga, mencegah dan menangkal perlu ketertibatan banyak pihak. Bahkan gejala paham terorisme perlu pula diwaspadai di Banua ini. “Perlu gerakan bersama seluruh lapisan masyarkat, juga ulama. Kita harus memberikan pemahaman yang benar demi menangkal aksi terorisme,” tekannya. Pemprov Kalsel berharap acara ini mampu memberikan energi positif dalam upaya membebaskan negeri ini dari aksi terorisme.

Hasudungan Sirait dari Dewan Pers melihat media cenderung reaktif dalam pemberitaan kejadian-kejadian yang melibatkan aksi teror dan radikalisme. Media masih terjebak sensasionalisme guna mengejar popularitas berita yang dibuat. Ia pun optomistis kegiatan yang dilaksanakan memberikan pemahaman kepada pewarta untuk bisa menyajikan pemberitaan menyejukan, bukan membesarkan aksi terorisme.(jejakrekam)

Penulis  : Syarif

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      : Banjarmasin Post

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.