Menghidupkan Budaya Batumbang di Angkinang

0

MERAYAKAN hari ulang tahun dengan tiup lilin di atas kue atau cake black forest? Mungkin itu tradisi yang sedikit kebarat-baratan. Namun, ada yang unik di Desa Telaga Sili-Sili, Kecamatan Angkinang, Kecamatan Hulu Sungai Selatan (HSS), Provinsi Kalimantan Selatan.

BERTEPATAN di Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah pada Minggu (25/6/2017), keluarga besar Makmur yang merupakan seorang pengusaha konstruksi asal Kota Kandangan ini melestarikan tradisi Batumbang. Ya, tradisi untuk memperingati hari ulang tahun sang anak dengan ritual adat khas Banjar Hulu, yang telah tersentuh nafas-nafas Islami.

“Tiap tahun, saya lestarikan dan laksanakan tradisi acara adat Batumbang. Alhamdulillah, masyarakat juga merespon dan turut menjaga tradisi yang diwariskan para leluhur itu,” kata Makmur melalui chatting whatapps (WA) dengan jejakrekam.com, Senin (26/6/2017).

Makmur yang juga Ketua Asosiasi Kontraktor Nasional (Askonas) Kalimantan Selatan mengungkapkan acara Batumbang merupakan ritual adat yagn rutin digelar ketika ada anak yang lahir dan maksimal berumur tiga tahun. “Jadi, kami adakan acara adat Batumbang. Bagi yang memiliki kelebihan rezeki, bisa menghamburkan uang koin atau terserah kemampuan yang kita miliki,” ucapnya.

Menariknya, di depan rumah Makmur, sudah berbaris anak-anak dan orang dewasa yang menanti uang koin itu dihamburkan dengan dilepas ucapan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Riuh rendah terdengar kegembiraan dari warga desa untuk berebut mengambil koin yang dihamburkan orang yang punya hajat acara Batumbang  tersebut.

Tak lengkap acara Batumbang ini tanpa dilengkapi kudapan khas yakni Apam. Menariknya, strata atau ukuran Apam ini tergantung umur si anak, bila sang anak sudah memasuki usia satu tahun maka dibuatkan Apam Sagantang. Berikutnya, jika sudah berumur 2 tahun, dibuatkan Apam dua gantang, dan begitu pula tiga tahun dibikin Apam seukuran tiga gantang. Ukuran gantang ini berlaku di masyarakat Melayu dan Banjar yang setara dengan 2,8 kilogram.

“Cara seperti inilah jauh berbeda dengan budaya perayaan hari ulang tahun modern. Ya, terkadang budaya justru kebarat-baratan atau mirip dengan budaya agama lain. Sedangkan, dengan menjaga tradisi budaya lokal, khususnya Banjar tentu hal ini bisa diwariskan dari generasi ke generasi,” ucap Makmur. Untuk mengakhiri acara Batumbang, Makmur dan keluarga besarnya pun menjamu para tamu dan undangan, terkhusus warga sekitar dalam hidangan khas Hari Raya Idul Fitri. Sebelumnya, ditutup dengan baca doa selamat yang dipimpin tokoh agama setempat.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto       : Istimewa

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.