Menjaga Tradisi Mangatam Shalat Ied di Masjid Kanas

0

ADA tradisi unik yang terus dipegang dan dilestarikan warga Alalak Besar, sebelum dimekarkan menjadi beberapa kampung dan terpisah antara Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) setiap shalat Ied di Masjid Jami Tuhfaturroghibin yang dikenal dengan Masjid Kanas di Jalan Alalak Tengah, Banjarmasin.

TRADISI sebelum imam menunaikan tugasnya memimpin shalat Ied dan khatib naik ke atas mimbar menyampaikan khotbah, maka para pengurus Masjid Kanas pun menyampaikan pengumuman untuk ‘panen’ atau dalam bahasa Banjar ‘mangatam’. Panen sumbangan sukarela ini pun dijalankan mulai dari imam, khatib, muazin, kaum masjid, hingga satuan pengamanan (satpam) berkeliling di sela-sela shaf jamaah. Begitu rombongan selesai memungut hasil, baru shalat Ied dimulai sang imam.

Mereka kompak membawa serban atau sajadah yang disebut ‘kadut’ sebagai bentuk kepedulian para jamaah Masjid Kanas terhadap para pengurus masjid yang selama ini mengelola tempat ibadah itu secara ikhlas. Menariknya, tradisi di Masjid Kanas yang menjadi salah satu masjid tertua di Banjarmasin, ternyata juga dilestarikan warga Pulau Sewangi, Berangas dan Tatah Mesjid yang juga telah mendirikan masjid sendiri, berpisah dari awal masjid induknya.

Ketua Badan Pengelola Masjid Kanas Banjarmasin, Ustadz Syamsuni Abdullah pun mengakui tradisi ‘mangatam’ dalam dua kali setahun, ketika shalat Ied Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha merupakan warisan budaya dari para tetua Alalak, khususnya para pendiri Masjdi Kanas tersebut.

“Jadi, kami hanya menjalankan tradisi yang baik ini. Sebab, selama ini dari para imam, khatib, muazin, kaum masjid dan hingga para petugas pengamanan masjid sudah menjalankan tugasnya. Jadi, setidaknya, mereka bisa memanen hasilnya dalam dua kali dalam setahun, saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha,” ucap Syamsuni Abdullah kepada jejakrekam.com, Minggu (25/6/2017).

Tak hanya itu, tradisi ‘mangatam’ juga menjadi ajang silaturahmi para jamaah dan pengelola Masjid Kanas. Terlebih lagi, tampak keakraban antara jamaah dengan para pengurus masjid. Ada candaan dan saling bersalaman. Sementara, para jamaah sudah sejak awal menyiapkan uang receh dari logam dan kertas sesuai kemampuannya untuk dimasukkan dalam ‘kadut’ yang dibawa para pengurus Masjid Kanas.

Seorang jamaah Masjid Kanas, Sufianor pun mengaku gembira tradisi mangatam itu masih tetap ada dan dilestarikan para pengurus masjid. Menurutnya, sebab sudah sepatutnya para jamaah memberikan sedekah atau hadiah kepada para pengurus Masjid Kanas yang meluangkan waktunya untuk mendedikasikan diri bagi syiar agama Islam. “Uang yang diberikan itu tak sebanding dengan pengabdian mereka. Jadi, dalam dua kali setahun sangat wajar jika memberi hadiah kepada mereka,” ucap Sufi. Ia mengaku tradisi sudah lama dijalankan ketika Masjid Kanas berdiri di pertigaan Sungai Alalak, seperti menjadi sentral peribadatan warga Alalak, baik yang ada di Banjarmasin maupun beberapa desa di Kabupaten Barito Kuala. “Bahkan, tradisi ini sudah hidup sejak tokoh awal para pendiri Masjid Kanas hidup dan dijaga hingga sekarang,” tandas Sufi.(jejakrekam)

Penulis : Didi G Sanusi

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : Didi G Sanusi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.