Bikin Aplikasi Sendiri, RSUD Ulin Diadukan ke Kejati

0

SISTEM informasi pengolahan data elektronik (PDE) yang diterima RSUD Ulin Banjarmasin dalam aplikasi pemesanan ruang inap dengan menggandeng PT NCI, dilaporkan Dewan Perwakilan Kalimantan Corruption Watch Kalsel ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalimantan Selatan.

MENGAPA? Sofware aplikasi yang digunakan dalam PDE di RSUD Ulin Banjarmasin diduga abal-abal, sebab aplikasinya sering tak bisa diakses publik. Akhirnya, aplikasi yang bernilai besar itu dianggap sarat dengan dugaan penyimpangan, hingga Corruption Watch Kalsel mengadukan ke aparat penegak hukum. Sebab, Corruption Watch Kalsel menuding justru masyarakat tak terbantu dengan aplikasi PDE dalam mendapat kamar kosong untuk pasien akibat diduga software abal-abal.

Dikonfirmasi, Direktur RSUD Ulin Banjarmasin, dr Hj Suciati malah aplikasi tersebut sering tak bisa digunakan karena memang ada beberapa masyarakat yang belum melek teknologi. Menurutnya, beberapa masyarakat lain bisa mengakses namun ada juga yang tak bisa.Selain itu, dia berdalih seringkali proses administrasi tak bisa cepat mengimbangi aplikasi. ”Misalnya karena kegiatan pelayanan dan administrasi di komputer maka belum input data. Sehingga meski kamar sudah kosong di aplikasi masih penuh, karena data belum masuk,” kata Suciati.

Disinggung terkait dugaan software yang digunakan bukan asli alias bajakan, Suci langsung membantahnya. Menurutnya, software tersebut buatan sendiri teknisi yang ada. ”Teknisi kan ada yang pendidikannya S1, S2-nah mereka punya karya membuat sendiri aplikasi,” ucapnya.

Dikatakan Suci, hal itu sah-sah saja. Sebab, beber dia, jika membeli software bermerek maka harganya mahal. Begitupula untuk perawatan akan memerlukan biaya yang tak sedikit. Oleh sebab itu, Suci mengatakan atas pertimbangan itu digunakan lah software buatan sendiri.

Lantas berapa biaya perawatan dengan software sekarang? Suci menjelaskan berada di kisaran Rp 20 juta. Biaya itu dikeluarkan untuk gaji teknisi, bayar listrik dan kadangkala juga untuk komputer rusak. ”Kalau kita pakai software luar negeri perawatannya mahal, bisa sampai ratusan juta. Kalau ini orang Indonesia bisa bikin, kita menghargai karya mereka. Selain untuk menghemat biaya juga,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis : Wan Marley

Editor   : Didi G Sanusi

Foto     : RSUD Ulin Banjarmasin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.