Puasa Terlama di Islandia, Chili Terpendek Hanya 9 Jam

0

MARHABAN Ya Ramadhan. Selamat datang bulan suci yang dinanti-nantikan umat Islam sejagat raya. Kewajiban menjalankan ibadah puasa atau shaum itu dimulai sejak fajar hingga tenggelamnya matahari. Nah, tak semua negara bisa menikmati pembagian waktu malam dan siangnya yang setara seperti di Indonesia.

NAH dari patokan waktu dunia dengan sistem Greenwich Mean Time (GMT), dihitung berdasar putaran bumi pada porosnya yang secara teratur dan tetap (konsisten) dari TImur ke Barat atau menyerupai arah putaran jarum jam. Untuk titik O di bumi terletak di Greenwich, Inggris. Dari kota ini kemudian menjadi patokan menentukan waktu dunia yang kemudian disebut Greenwich Mean Time (GMT). Perhitungan hari dilakukan dengan perjanjian dan batas tempat yang disebut Garis Batas Tanggal Internasional.

Hal ini juga mengacu pada usulan Sir Sanfor Fleming dari Kanada pada 1878 agar sistem zona waktu di seluruh dunia yang akan menyederhanakan mekanisme pembagian waktu di Bumi. Fleming mengusulkan bahwa dunia dibagi menjadi 24 zona waktu, masing-masing 15 derajat bujur.  Karena dunia berputar sekali setiap 24 jam pada porosnya dan ada 360 derajat bujur, setiap 1 jam rotasi bumi merupakan 15 derajat bujur.

Dari itu, bulan Ramadhan 1438 Hijriyah atau Mei-Juni 2017 yang menjadi ciri khas ibadahnya adalah puasa. Tentu saja, masing-masing negara tentu berbeda waktu atau durasinya. Dikutip dari berbagai sumber, untuk durasi waktu berpuasa terpendek dipegang Chili hanya 9,43 jam, disusul Australia hanya 11,24 jam. Lalu, Brazil yang juga berada di wilaya tropis ini hanya 12,41 jam, dan disusul Indonesia dengan 13 jam saja. Lalu, Malaysia dengan 13,34 jam, Nigeria durasi waktu puasanya mencapai 14,04 jam.

Bergeser ke India, rata-rata durasi waktu siang harinya mencapai 14,04 jam, lalu Arab Saudi selama 14,54 jam, Bangladesh 15,04 jam dan Pakistan 15,04 jam. Untuk negara adidaya Amerika Serikat seperti kota-kota besarnya, New York harus berpuasa 16,46 jam, Chicago 16,57 jam, dan Dearbon 17,02 jam.

Jauh ke arah timur jauh dan barat, berpuasa di Tiongkok (China) rata-rata menjalani siang harinya selama 17,03 jam, kemudian di Turki berpuasa selama 17,15 jam, Kanada 17,17 jam, Inggris 18,55 jam, Jerman selama 19,03 jam, dan jika bertolak ke Alaska, Amerika Serikat harus berpuasa selama 19,45 jam, dan di Swedia lebih lama lagi mencapai 20,17 jam. Sedangkan, durasi puasa terlama, karena waktu siangnya panjang terjadi di Islandia selama 22 jam.

Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKASP) DPR RI, H Syaifullah Tamliha mengakui puasa di negeri orang jauh lebih lama dibandingkan negeri sendiri. Ia bercerita saat berkunjung ke Inggris dalam lawatan kerjasama antar parlemen serta muhibah budaya nusantara, harus merasakan bagaimana umat Islam di sana berpuasa selama 18 jam lebih.

“Kalau di tanah air kita mungkin terbiasa berpuasa dengan waktu 13 jam atau 12 jam. Ya, karena waktu siang dan malamnya hampir setara atau seimbang. Berbeda dengan daerah lainnya yang mengenal empat musim, bisa saja Ramadhan itu datang di saat musim salju atau dingin, maka siangnya jauh lebih pendek dan malamnya panjang. Atau di musim panas, siangnya lebih panjang dan malamnya lebih pendek. Makanya, kita bersyukur bisa berpuasa di Indonesia dengan durasi waktu yang konsisten,” imbuh anggota Komisi I DPR RI asal Fraksi PPP ini.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      : Istimewa

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.