Sekali Kunker, Anggota DPRD Banjarmasin ‘Disangu’ Rp 10 Juta

0

TINGGINYA frekuensi anggota DPRD Kota Banjarmasin melakoni kunjungan kerja (kunker), studi komparasi dan lainnya, baik komisi maupun panitia khusus (pansus) ke berbagai kota di Indonesia, disebut-sebut hampir menghabiskan satu anggaran setahun. Benarkah?

INFORMASI yang dihimpun jejakrekam.com, dari sumber terpercaya mengungkapkan dana studi komparasi dan kunker yang mencapai Rp 5 miliar lebih dalam APBD Banjarmasin 2017 sudah hampir habis. Bahkan, kabarnya, para wakil rakyat di DPRD Banjarmasin ingin mengajukan tambahan dana lagi dalam APBD Perubahan 2017.

Ketika dikonfirmasi ke Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Suprayogi  justru mengaku tidak tahu persis masalah itu. “Saya juga baru dengar. Tapi untuk persisnya silakan tanyakan ke bagian keuangan Sekretariat DPRD Banjarmasin,” kata legislator PDIP ini kepada jejakrekam.com di ruang kerjanya, Jumat (26/5/2017).

Sebagai perbandingan dalam APBD 2016, kegiatan kunjungan alat-alat kelengkapan DPRD selama setahun telah menghabiskan dana mencapai Rp 14,7 miliar lebih. Ada pula item anggaran seperti kunjungan kerja pimpinan dan anggota DPRD mencapai Rp 709 juta lebih. Ini belum lagi ditambah alokasi dana untuk berbagai kegiatan seperti reses dan lainnya.

Anggota Komisi IV DPRD Banjarmasin, M Isnaini mengakui kegiatan kunker maupun komparasi dalam sebulan bisa digelar tiga hingga empat kali. “Dulu memang untuk kegiatan kunker semula 5 hari, sekarang dipangkas menjadi 3 hari saja. Dalam seminggu itu bisa saja sekali, tapi ada juga kosong ya tergantung kebutuhan,” ujarnya.

Isnaini mengungkapkan adanya uang harian untuk kunker Rp 2 juta bagi anggota DPRD, sedangkan pimpinan naik Rp 500 ribu menjadi Rp 2,5 juta. “Jadi, kalau ditotal dengan uang transportasi dan akomodasi yang mencapai Rp 10 juta per orang seperti berangkat ke Jakarta. Begitupula, rata-rata ke kota lainnya berkisar Rp 10 juta,” kata legislator Partai Hanura. Dia mencontohkan seperti studi banding soal penerapan izin mendirikan bangunan (IMB) ke Jakarta, beberapa waktu lalu. “Ya, kunker atau studi banding itu tergantung kebutuhan, tidak harus ke luar kota dalam tiap minggu,” imbuh Isnaini.(jejakrekam)

Penulis  : Didi G Sanusi

Editor    : Didi G Sanusi

Foto      :  Didi G Sanusi

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.