Warga Kalsel Membaur dalam Peringatan Haul ke-7 KH Idham Chalid di Cisarua

1

DEDIKASI KH Idham Chalid yang kini menyandang gelar Pahlawan Nasional selama hidupnya sangat berkesan. Buktinya, dalam peringatan haul ke-7, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1952-1984 dihadiri ribuan warga asal Kabupaten Bogor, Cianjur dan Jakarta di Makam Pahlawan Nasional, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/4/2017).

PARA rombongan penziarah asal Kalimantan Selatan pun turut membaur dalam ribuan warga yang menghadiri haul ke-7 KH Idham Chalid. Acara ini pun dimulai dengan sambutan singkat dari keluarga besar KH Idham Chalid yang diwakili mantan Bupati Hulu Sungai Utara (HSU), HM Aunul Hadi Idham Chalid.

Suasana khidmat pun menyapa kawasan Makam Pahlawan Nasional di Cisarua, Bogor tersebut. Terlebih lagi, sejumlah tokoh nasional, pejabat serta masyarakat awan menghadiri peringatan wafatnya ulama kelahiran Satui, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1922 itu.

Anggota Komisi I DPR RI asal Fraksi PPP, H Syaifullah Tamliha mengakui selama ini banyak belajar dari pengalaman hidup seorang KH Idham Chalid yang terkenal dengan filosofi hidup airnya. “Jasa seorang KH Idham Chalid bagi bangsa dan negara ini sangat besar, terlebih lagi bagi umat Islam, khususnya warga Nahdliyin di Indonesia,” ujar Wakil Ketua Fraksi PPP DPR RI ini kepada jejakrekam.com, melalui aplikasi WA, Rabu (26/4/2017).

Bahkan, Idham Chalid juga mewariskan dua perguruan pesantren. Sosok ulama jebolan Ponpes Gontor ini merupakan perintis Darul Quran Idham Chalid serta pendiri Perguruan Islam Daarul Ma`arif yang terletak di Cipete, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Semasa hidupnya, sebagian besar waktu Idham dihabiskan untuk mengabdi di Nahdlatul Ulama (NU). Sejak usia remaja hingga ajal menjemput, Idham Chalid mendedikasikan hidupnya untuk ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut. Terbukti, Idham Chalid cukup lama menjabat Ketua Umum PBNU periode 1952-1984.

Kemudian, usai mengemban amanah di PBNU, Idham Chalid masih terlibat sebagai khalifah atau pimpinan Jamiyyah Ahlit Thoriqoh Al-Mu`tabarih An-Nahdliyyah (JATMAN), yakni organisasi perkumpulan tariqat yang diakui NU. Pada awal 2000-an, Idham Chalid mulai sakit-sakitan dan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan beristirahat di rumah.

Di lingkup pemerintahan, sejak usia 28 tahun Idham Chalid telah mengabdikan diri sebagai anggota DPR/MPR dari Partai NU. Ia juga tercatat pernah menjadi wakil perdana menteri dan menko kesra pada era Bung Karno. Pada era Orde Baru, Idham pernah menjabat ketua DPR/MPR, 1971-1977. Ia juga pernah dipercaya sebagai ketua DPA 1977-1983.

Selain itu, Idham Chalid juga tokoh kunci di baliknya lahirnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sebagai pimpinan NU, partai terbesar pada awal 1970-an, Idham membidani lahirnya PPP sekaligus sebagai presiden pertama partai berlambang Ka’bah tersebut.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Editor    :  Didi G Sanusi

Foto       :  Dokumentasi Syaifullah Tamliha

 

 

 

1 Komentar
  1. ryo berkata

    Aunul hadi idham chalid cocok menjadi ketum ppp….

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.