Dilatih Kilat, Kehadiran Polisi Cepek Ini Terbukti Mampu Mengurai Kemacetan

0

FENOMENA sosial yang berkembang di Kota Banjarmasin sangat dinamis. Kehadiran para relawan pengatur lalu lintas di persimpangan jalan yang ada di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan cukup menjamur. Berawal dari Jakarta, kemudian menyebar di berbagai kota yang ada di Indonesia, termasuk di Banjarmasin.

POLISI cepek atau Pak Ogah, begitu biasa mereka disapa. Atau, dalam bahasa Belanda dikatakan voorijder atau polisi pembuka jalan adalah orang-orang yang random berusaha mengatur lalu lintas dengan imbalan uang seikhlasnya dari pengguna jalan. Mereka pada umumnya berasal dari kalangan masyarakat bawah yang memilih motif beragam. Dikutip dari Wikipedia, ada yang murni membantu kelancaran lalu lintas dan pengguna jalan, namun ada pula yang malah melanggar aturan-aturan jalan raya demi uang.

Dengan mengenakan rompi hijau cerah, polisi cepek ini biasanya ditemui di perempatan, pertigaan, atau jalan satu arah yang sangat sempit, seperti jembatan yang hanya dapat dilalui satu mobil atau jalan berlubang. Di Banjarmasin, ada beberapa kawasan yang kebanyakan menjadi daerah operasi polisi cepek itu seperti perempatan Jalan Gatot Subroto-Veteran dan Jalan Pangeran Hidayatullah (perempatan A Yani), persimpangan Jalan Kuripan-Veteran-Kampung Melayu Darat, Jalan Brigjen H Hasan Basri, Jalan S Parman, hingga kawasan perkampungan seperti di Jembatan Besi Kuin Utara dekat Makam Sultan Suriansyah, Banjarmasin Utara.

Layaknya polisi lalu lintas, para relawan lalu lintas terkadang beratur dalam shift. Sedangkan, istilah cepek ini mengaju pada uang Rp 100 yang dipopulerkan Pak Ogah, tokoh fiktif dalam serial televisi si Unyil yang populer di era tahun 1990-an. Namun, kini, umumnya mereka dibayar para pengguna jalan dengan lembaran Rp 1.000 atau Rp 2.000 perak.

“Ya, sejak tahun 2010, polisi cepek atau Pak Ogah baru hadir pertama kali di kawasan Jalan Veteran atau perempatan Jalan Gatot Subroto, ketika proyek flyover itu dibangun. Kehadiran para polisi cepek ini sebenarnya untuk membantu tugas polisi lalu lintas, karena saat itu arus memang sangat padat, hingga akhirnya bertahan sampai sekarang,” ujar Horman, seorang polisi cepek yang tinggal di Jalan Veteran Gang 7, Kecamatan Banjarmasin Timur berbincang dengan jejakrekam.com, Senin (24/4/2017).

Terlebih lagi, menurut Horman, lampu lalu lintas di perempatan Gatot Subroto terkadang tak berfungsi, sehingga kehadiran para polisi cepek ini justru sangat membantu dalam memperlancar arus lalu lintas. “Sebagai pengguna jalan, tentu kami sangat terbantu dengan kehadiran mereka,” ujar penarik becak ini. Makanya, Horman pun mengaku di sela tumpangannya sepi, dirinya pun terkadang memilih menjadi polisi cepek ini.

Ia menegaskan tak pernah memaksa para pengguna jalan untuk membayar jasa yang diberikan mereka. “Saya tak pernah mengendor pintu mobil orang. Kalau mereka mengasih, ya kami terima. Kalau tidak, ya tak apa-apa,” kata Horman.

Menurutnya, ada 8 orang yang bertugas sebagai relawan lalu lintas di perempatan Gatot Subroto dan berbagi waktu atau shift. Sebagai bekal turun ke jalan, Horman mengaku pernah mendapat pelatihan singkat dari jajaran Satuan Lalu Lintas Polresta Banjarmasin dalam mengatur arus lalu lintas agar sesuai aturan yang berlaku. “Untuk penghasilan sebetulnya tidak menentu. Alhamdulillah, bisa untuk kebutuhan hidup sehari-hari,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis   : Sirajuddin

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Sirajuddin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.