Anyaman Dayak Meratus Bisa Dibuat untuk Tas Laptop

0

SISI kehidupan religi yang diyakini masyarakat adat Dayak Meratus tercermin dalam seni anyaman. Kreativitas itu hidup karena selama ini warga adat yang memukimi kaki bukit Pegunungan Meratus ini percaya dalam kehidupan ini tak terlepas dari kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.

KEBERAGAMAN motif anyaman Dayak Meratus ini juga terilhami dari berbagai aktivitas keseharian mereka seperti bercocok tanam, berburu (bagarit) dan ritual keagamaan (aruh adat/ babalian) sangat mempengaruhi pola seni yang dilahirkan dari jemari terampil wanita-wanita Dayak.

Pemerhati budaya Dayak Meratus, Abdul Hakim mengungkapkan secara garis besar motif anyaman Dayak Meratus beserta sub etnis lainnya itu terbagi dalam tiga bagian, yakni motif pembuka, motif dasar (utama/besar) dan motif penutup. Ia menjelaskan motif pembuka terdapat pada bagian biasanya berbentuk garis melingkar. Sedangkan, motif utama adalah motif yang paling menonjol dan ukuran jauh lebih dominan atau besar. “Kalau motif penutup, berada pada bagian atas dimana dan motifnya lebih bervariasi dari motif pembuka dan utama, tetapi ukurannya hampir sama dengan bagian motif pembuka,” tutur Abdul Hakim kepada jejakrekam.com di Paringin, Minggu (2/4/2017).

Ia menerangkan jika motif utama itu mengambarkan hanya satu benda, maka motif pembuka dan penutup menceritakan lebih satu benda, sehingga biasanya motif penutup dan pembuka ini terdiri dua hingga empat motif sekaligus dengan ukuran yang kecil.

Pria yang akrab disapa Datoe Bukit ini menjelaskan lagi bahwa ada beberapa motif tertentu yang pembuatannya tidak semua masyarakat boleh membuatnya, misal motif bidadari mandi ini dibuat oleh wanita yang sudah bersuami yang biasa sudah akan memasuki usia lanjut. Kemudian, ada pula pembuatan motif anyaman khusus untuk keperluan ritual adat (Aruh Adat) yang menggambarkan permohonan sangat pembuat.

“Jadi lewat motif anyaman ini sebetulnya, kita bisa mengenal dari mana dibuat anyaman ini karena mempunyai ciri khas tersendiri. Selain itu, motif anyaman juga memuat suatu cerita/makna di dalamnya, sehingga jika kita memahami maka kita dapat mengetahui pesan apa yang terkandung dalam sebuah motif anyaman,’’ bebernya.

Namun sayang,  beber Abdul Hakim lagi, anyaman yang membutuhkan teknik pengerjaan yang tinggi karena tingkat kompleksitasnya, serta desain yang rumit serta motif yang beragam dan kaya warna ini seakan terabaikan. “Ya,  karena tidak adanya dukungan yang memadai dari pemerintah untuk perkembangannya,” ujarnya.

Hal senada juga diakui Hatni. Seorang pembuat anyaman di Desa Kambiyain, Kecamatan Tebing Tinggi mengakui jika selama ini dukungan pemerintah belum memberi dampak positif yang signifikan terhadap hasil kerajinan tangan mereka. “Produk yang kami buat selama ini masih sebatas untuk keperluan sendiri. Sedangkan untuk dijual hanya sebatas jika ada permintaan. Padahal bahan baku untuk membuat anyaman yakni,  Tirik (Bambu/Paring Tali) sangat melimpah,” ungkap Hatni.

Ibu tiga anak ini mengatakan pemerintah daerah biasanya mengambil kerajinan ini jika hanya untuk diikutkan pemeran atau lainnya. Sedangkan untuk pemasaran secara luas dalam bentuk program khusus dari pemerintah hingga kini belum ada.“Padahal secara produksi kami siap, asalkan pemasarannya kami juga dibantu,’’ tuturnya.

Selain itu, menurut Hatni, anyaman khas Dayak Meratus mempunyai nilai seni tinggi, karena selain motifnya yang beragam, kerajinan ini juga bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan masyarakat sekarang tanpa menghilangkan ciri khas anyaman itu sendiri yakni, motifnya. “Kami bisa membuat tas laptop atau sebagainya dengan tetap mempertahankan motif aslinya. Jadi, walaupun bentuk kerajinannya berbeda, tapi motif khas Dayak Meratus tetap ada,’’ tandasnya.(jejakrekam)

Penulis    : Sugianoor

Editor     :  Didi G Sanusi

Foto       :  Sugianoor

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.