Santri Membludak, Belajar Mengajar Baca Qur’an Terpaksa di Tempat Wudhu

0

AKIBAT murid yang membludak, berbanding terbalik dengan kapasitas ruang  yang tersedia, akhirnya proses belajar mengajar pun terpaksa mengambil berbagai tempat. Para murid ada yang diajar di depan tempat wudhu dan toilet, teras depan rumah warga, hingga di bawah pohon.

KONDISI memprihatinkan  iniharus dialami selama 7 tahun, Taman Pendidikan Alqur’an (TPA) Ar-Raudah di Kelurahan Landasan Ulin, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Padahal, ada 320 santriwan dan santriwati yang menimba ilmu baca tulis Alqur’an di lokasi yang tepat berada di belakang Taman Pahlawan Bumi Kencana, Banjarbaru.

“Memang selama ini, proses belajar mengajar menggunakan sistem bongkar pasang. Artinya, ruang kelas dijadikan aula untuk shalat berjamaah. Ya, sistem pembelajaran dibagi dalam dua sesi, selepas shalat Zuhur dan Ashar. Ada 320 santri yang harus diajar 17 guru,” ujar Kepala TPA Ar-Raudah, Abdul Gafuri yang dikontak jejakrekam.com, Jumat (31/3/2017).

Ia mengakui selama ini memang pernah dibantu Nadjmi Adhani sewaktu menjabat Camat Landasan Ulin sebelum terpilih menjadi Walikota Banjarbaru. Bahkan, santri dari TPA Ar-Raudah ini juga mencetak generasi Qur’ani yang berprestasi dalam berbagai even perlombaan.  “Ya, gara-gara terlalu banyak santri yang belajar, kami terpaksa berbagai ruangan. Kalau tak cukup, ya memang disebar di berbagai tempat, termasuk di depan tempat wudhu dan toilet,” kata Abdul Gafuri.

Jebolan Madrasah Aliyah Ponpes Al Falah Banjarbaru ini mengakui baru saja membentuk yayasan yang menaungi TPA Ar Raudah. Namun ya itu tadi, gara-gara membludaknya santri yang ada dan melebihi daya tampung, proses belajar mengajar harus dilakukan seadanya. “Kami memang memohon bantuan pemerintah daerah atau para donator yang terketuk hatinya untuk menyediakan tempat belajar mengajar yang layak bagi anak-anak,” tutur Gafuri.

Relawan Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak (LLPA) Banjarbaru, Henny Maria Olfah pun mengaku prihatin dengan kondisi belajar mengajar yang seadanya. “Kasihan anak-anak yang butuh tempat belajar yang layak. Jika kondisi semacam ini terus dibiarkan, tentu suatu saat pasti akan mengganggu,” ujar Henny Maria Olfah.

Ia mencontohkan hampir saban hari anak-anak belajar baca tulis Alqur’an ini menempati teras rumah warga sekitar, bahkan di halaman terbuka di bawah pohon. “Yang paling memiriskan, mereka terpaksa belajar di depan tempat wudhu dan toilet. Kami berharap pemerintah daerah cepat turun tangan atau para donator yang ingin membantu TPA Ar Raudah,” ujar Maria.

Aktivis perempuan ini juga berharap kesejahteraan para guru yang mengajar di TPA Ar Raudah patut diperhatikan. “Setidaknya ada kompensasi yang bisa didapat mereka. Ya, kita mengakui untuk tugas belajar jika mengandalkan sebuah keikhlasan, tentu tak ada standar bakunya,” tuturnya.

Dengan kondisi ruang belajar yang sudah over kapasitas, Maria mengungkapkan sistem bongkar pasang yang diterapkan tentu akan merepotkan para guru dan santri. “Sudah sepatutnya ada tempat belajar mengajar yang representatif. Apalagi, TPA Ar Raudah ini juga turut mengharumkan nama Banjarbaru dalam berbagai lomba,” tuturnya.

Dari pemantauan yang dilakukan LPPA Banjarbaru, Maria mengakui banyak bangunan yang belum selesai akibat minimnya dana, sehingga terpaksa menggunakan ruang yang ada dan saling berbagi.  Ia mencontohkan fasilitas yang ada di ruang kerja kepala sekolah itu hanya dibantu satu komputer. “Kasihannya lagi, kalau musim hujan semacam ini, proses belajar mengajar akan terhenti. Ya, karena proses pembelajarannya berada di area terbuka,” tandasnya.(jejakrekam)

Penulis   : Didi G Sanusi

Foto       : Dokumentasi LPPA Banjarbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.