Kendalikan Inflasi, Kalteng Ingin Belajar dengan Bali

0

KALIMANTAN Tengah sebagai provinsi terluas kedua di Indonesia, setelah Papuan takdipungkiri tantangan pengendalian inflasi di tingkat regional sangat besar. Untuk itu, diperlukan jangkauan koordinasi dan komunikasi antar daerah yang baik dan solid, terutama dalam pengendalian inflasi.

TIM Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Tengah bersama instansi terkait seluruh kabupaten/kota melakukan rapat tingkat tinggi (high level meeting), di Aula Bank Indonesia Palangkaraya, Rabu (29/3/2017). Kegiatan tersebut merupakan langkah antisipatif pengendalian inflasi Kalteng di tengah potensi kemarau panjang dan tren kenaikan harga energi 2017

Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Biro Adminitrasi dan Sumberdaya Alam Setda Pemprov Kalteng, Lubis Rada Imin mengatakan dengan karateristik perbedaan geomorfologi antar daerah di Kalteng, menjadikan daerah memiliki setiap kompetitif yang berbeda-beda terhadap komoditas alam yang dihasilkan, seperti komoditas pangan.

Hal tersebut menyebabkan, munculnya pertukaran komoditi dalam bentuk perdagangan antar daerah di Kalteng. Namun, karena terkendala keterbatasan akses dan jauhnya jarak tempuh, sehingga berimbas kepada biaya angkut dan distribusi. “Akibatnya, komoditas pangan lokal yang dihasilkan daerah Kalimantan Tengah, cenderung tidak terserap di dalam wilayah Bumi Tambun Bungai,”ujarnya.

Selain itu, menurut Lubis, kurang intensif komunikasi dan kordinasi antara dalam perdagangan komoditas pangan antar daerah, menyebabkan munculnya informasi yang tidak sama, sehingga antara daerah surplus dan defisit pangan tidak mampu saling mengakomidir. Tentu saja, akan terjadi disparitas harga, yang mendorong harga inflasi ke arah yang lebih tinggi

Dalam menghadapi potensi resiko inflasi ke depan, Kalteng membutuhkan penguatan kompetisi dan sinergitas antara daerah dalam pengendalian inflasi. Bentuknya dengan pendirian membangun kapasitas seluruh TPID di seluruh Kalteng. Salah satu cara, lanjut Lubis, dengan melakukan studi banding ke Provinsi Bali, karena dinilai mempunyai program-program inovatif agar bisa diterapkan di Kalteng.

“Saya menilai seluruh stakeholder telah bekerja dengan baik terkait pengelolaan dan pengendalian inflasi di Kalteng, meski masih banyak yang harus diperbaiki. Disisi lain saya juga merasa terbantu oleh intasi terkait lainnya sesuai tupoksi masing-masing,”ucapnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah, Wuryanto, mengakui, biasanya jelang Ramadhan, permintaan komoditas akan meningkat. Jika tidak diimbangi dengan permintaan yang baik, maka akan terjadi kenaikan harga.

Menurut Wuryanto, adanya ketidaksamaan informasi yang diterima antar kabupaten/kota yang sering dilupakan, dikhawatirkan dapat menyebabkan suplai menurun. Untuk itu dibutuhkan kordinasi seluruh kabupaten/kota perlu dibangkitkan kembali. “Pentingnya inflasi dikendalikan karena terkait dengan daya beli masyarakat. Jika inflasi tinggi, pasti daya beli akan menurun, sehingga tingkat kemiskinan juga meningkat,” imbuh Wuryanto.(jejakrekam)

Penulis :  Tiva Rianthy
Editor   :  Didi G Sanusi
Foto     :   Tiva Rianthy

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.