Harga Batubara Stabil, Ekonomi Kalsel Terdongkrak Naik

0

PADA triwulan IV (2016), perekonomian Kalimantan Selatan telah tumbuh sebesar 5,28% (yoy), yang meningkat dari triwulan sebelumnya hanya 3,13%. Peningkatan perekonomian utamanya bersumber dari meningkatnya kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian seiring peningkatan ekspor batubara dan pergeseran sebagian panen padi dari triwulan sebelumnya.

“SECARA keseluruhan tahun 2016 tumbuh 4,38% , meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 3,83%, “ ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank lndonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Harimurthy Gunawan dalam rilisnya diterima jejakrekam.com, Rabu (29/3/2017).

Ia menjelaskan peningkatan tahun 2016, ditopang kinerja ekspor dan relatif stabilnya konsumsi rumah tangga (RT). Kemudian, peningkatan kinerja perekonomian turut didukung perbaikan harga batubara pada 2016. Menurut data Bank Dunia, harga batubara pada 2016 tercatat USD65,86/mt, lebih tinggi dari tahun 2015 yang sebesar USD57,50/mt. Harga batubara masih berpotensi untuk naik menjadi USD70/mt pada 2017. “Namun cenderung akan kembali turun pada tahun-tahun berikutnya. Prospek jangka menengah panjang tersebut tidak terlepas dari peningkatan penggunaan energi baru terbarukan dan kampanye pelestarian lingkungan,” tutur Harimurthy Gunawan.

Menurutnya, saat ini, Tiongkok telah mulai membatasi penggunaan batubara dan memperbanyak penggunaan energi baru terbarukan. Bahkan, berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, pembangunan pembangkit baru terbarukan melampaui pembangunan pembangkit berbasis fosil pada tahun 2015.

Untuk itu, beber Harimurthy, momentum pemulihan harga batubara dalam jangka pendek perlu dimanfaatkan untuk mendukung agenda transformasi ekonomi Kalimantan Selatan untuk mencari sumber perekonomian baru ang lebih berkelanjutan, di antaranya berupa pemanfaatan batubara untuk pembangkit listrik domestik, hlirisasi atau peningkatan nilai tambah komoditas, serta pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata.

Sementara, dari sisi pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi IHK tahunan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2016 tercatat sebesar 3,57% (yoy), menurun signifikan dari triwulan III-2016 (4,74%, yoy) maupun inflasi 2015 (5,14%, yoy). “Penurunan inflasi tahunan utamanya bersumber dari penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar,” ujar Harimurthy.

Selain itu, beber dia, meredanya tekanan inflasi yang berasal dari komoditas volatile foods di sepanjang tahun 2016 didukung produksi yang meningkat dan pasokan yang terjaga dengan baik. “Tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir 2017 diperkirakan lebih tinggi dari 2016, namun masih di dalam kisaran target 4±1%. Harga energi yang cenderung lebih tinggi pada tahun 2017 membawa risiko terhadap administered price khususnya BBM nonsubsidi,” ungkapnya.

Meski demikian, Harimurthy mengatakan dengan koordinasi dan program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) semakin diperkuat menghadapi risiko inflasi Kalimantan Selatan ke depan, khususnya dalam membawa inflasi volatile foods ke arah yang lebih rendah.

Terkait analisis perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan di daerah, dan sistem pembayaran, Kantor Perwakilan Bank lndonesia Provinsi Kalimantan Selatan telah menerbitkan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regionai (KEKR) edisi Februari 2017.

“Bagi masyarakat yang berminat untuk membaca buku tersebut dapat datang ke Perpustakaan Kantor Perwakilan Bank lndonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Jalan Lambung Mangkurat No.15, Banjarmasin atau mengunduh versi digital pada alamat,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis   : Igam

Editor    :  Didi G Sanusi

Foto      : Times Indonesia.com

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.