Daya Beli Masyarakat Menurun, Bisnis Pakaian Jadi Alami Kelesuan

0

PERPUTARAN uang dalam bisnis penjualan pakaian jadi (konveksi) di beberapa pasar yang ada di Banjarmasin sepertinya masih berjalan lamban. Tak hanya bersaing dengan bisnis toko-toko online, daya beli masyarakat di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang menjadi pelanggan pusat-pusat grosir dan eceran juga mengalami kelesuan.

TAMPAK beberapa koleksi pakaian yang dipajang baik edisi lama maupun terbaru belum begitu menarik para pembeli seperti di kawasan pertokoan Pasar Sudimampir dan Pasar Cempaka Baru serta Pasar Ujung Murung, Banjarmasin.

“Beberapa bulan terakhir ini, pembeli memang sepi. Kalau pun di awal bulan banyak pelanggan yang datang seperti dari Kapuas (Kalimantan Tengah) dan Hulu Sungai (Kalimantan Selatan), paling banter mereka hanya bayar setoran pesanan terdahulu,” ujar H Zainuddin, pemilik toko konveksi M Fitri di kawasan Pasar Ujung Murung kepada jejakrekam.com, Selasa (28/3/2017).

Beberapa sales yang mengantarkan order pakaian bermerek dengan harga yang cukup terjangkau pun merasakan kini omzet pesanan dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, serta persaingan dengan toko-toko online sudah dirasakan sekarang. “Ya, sepertinya bisnis konveksi, termasuk pakaian jadi bermerek masih sepi. Padahal, biasanya di awal bulan, omzet penjualannya cukup meningkat, tapi sekarang seperti stagnan,” ujar Penping, seorang sales pakaian bermerek di kawasan Pasar Sudimampir ini.

Hal serupa juga dirasakan Anang. Seorang pedagang pakaian muslim dan baju olahraga ini mengakui kondisi di Pasar Cempaka Baru yang belum tertata baik, menjadi para pembeli masih enggan berbelanja. “Apalagi, kalau musim hujan, air bisa menggenang masuk di selasar pertokoan. Ini juga turut menyebabkan para pelanggan sepi,” kata Anang.

Menurutnya, meski saat ini sudah mendekati bulan Ramadhan, ternyata omzet pembelian pakaian muslim belum beranjak naik. “Mungkin daya beli masyarakat memang sedang menurun. Ini ditambah lagi semua biaya hidup yang semakin mahal. Jadi, para pembeli masih berpikir untuk beli pakaian baru,” ucap Anang.

Ia berharap saat Ramadhan 1428 Hijriyah tiba, atau menjelang perayaan Idul Fitri, omzet penjualan busana muslim, seperti baju koko, sarung, serta perangkat shalat seperti sajadah dan lainnya bisa terdongkrak naik. “Sekarang kami hanya bisa berdoa dan berusaha. Kami minta pemerintah kota juga memperhatikan kondisi pasar agar nyaman bagi para pembeli. Bukan seperti sekarang, sebentar lampu padam ditambah sistem drainase yang buruk di pasar,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis   : Sira Awdi

Editor     : Didi G Sanusi

Foto        : Sira Awdi

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.