PENYANYI jalanan (street singers atau buskers) yang dikenal dengan pengamen ini begitu marak dan hampir bisa ditemui di semua sudut Kota Banjarmasin. Mereka silih berganti membawakan tembang-tembang lagu jalanan di pertokoan, warung makan, serta kawasan publik yang dipenuhi khalayak ramai.
MENGUTIP sebuah hasil penelitian dari mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin terungkap fakta bahwa para pengamen ini nekat mendendangkan lagu hanya bermodal gitar seadanya itu karena dipicu makin sempitnya lapangan kerja, serta keterampilan yang tak memadai di tengah persaingan angkatan kerja yang makin membengkak.
Meski belum terkoneksi dengan kehadiran para tenaga kerja asing (TKA) khusus asal Tiongkok yang menyerbu lapangan kerja, terkhusus pekerjaan kasar, toh bagi Abdul dan kawan-kawan mengaku terpaksa turun ke jalan, karena tak ada lagi pekerjaan yang menjanjikan.
“Terpaksa kami memetik gitar, keliling dari satu toko ke toko lainnya, atau dari warung satu ke warung lainnya. Daripada kami mengemis, lebih baik menghibur meskipun akhirnya tetap mengharapkan derma dari mereka,” ujar Andi berbincang dengan jejakrekam.com, Minggu (26/3/2017).
Ia mengakui dari deretan lagu yang dimainkan, ada beberapa lagu wajib yang dinyakan seperti lagu-lagu Iwan Fals, Mbah Surip, hingga tembang hits dangdut kekinian. Terpenting, menurut Andi, jika pemilik toko itu merasa terhibur di tengah kepenatan kerja dan usaha, maka lembar rupiah yang berpindah tangan. “Bukan berarti saya tak mau mencari kerja. Saya memang pernah menjadi buruh bangunan, tapi sekarang dengan kondisi perekonomian yang ada, sangat jarang ada pembangunan gedung, ruko atau lainnya,” ucap Andi.
Warga Kelayan Banjarmasin ini mengaku hampir tiap hari berkeliling di kawasan Pasar Sudimampir dan Pasar Ujung Murung. “Lebih baik mengamen daripada melakoni pekerjaan yang justru melanggar hukum. Lagipula, pekerjaan ini juga halal,” tandasnya.(jejakrekam)
Penulis : Sira Awdi
Editor : Didi GS
Foto : Sira Awdi