Di Balik Manisnya Gula, Ada Ancaman Bagi Tubuh Anda

1

TIDAK semua gula itu rasanya manis. Hal itu dikatakan dokter spesialis dari Poli Onkologi RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Eddy Herman Tanggo SpB (K) Onk seperti dikutip dari web Diet Director dietmentoring.com,  Ndika Mahrenda. Ia mengajak agar para pembaca benar-benar mengukur kadar gula yang menjadi sumber karbohidrat bagi tubuh, dengan membandingkan beberapa merek produk populer di Indonesia.

NAH, untuk soal rasa, sang dokter ini mengajak untuk mengabaikan terelbih. Sebab, organ pencernaan dalam tubuh manusia tak mengenal rasa, bahkan nama makanan dan warna. Yang dikenali justru hanya nutrisi alias kandungan gizi dalam makanan. Sebab, nutrisi yang paling dikenal adalah makrnonutrisi, yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Ketiganya bersifat insulinogeni atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan glucose convertion. Artinya, setelah karbohidrat, lemak dan protein masuk dalam tubuh, maka akan n terkonversi menjadi glukosa alias gula dalam darah.

Untuk menjelaskan, sang dokter ini membuat rumusan bahwa dalam 100 gram karbohidrat akan menjadi 100 gram gula darah. Jadi konversinya 100%. Jelasnya, 100 gram protein akan menjadi 56 gram gula darah,  jadi konversinya 56%. Atau kuncinya, 100 gram lemak akan menjadi 10 gram gula darah, sehingga konversinya 10%.  “Jadi, saat Anda mengkonsumsi karbohidrat, berapapun jumlahnya, maka semuanya akan berubah menjadi gula darah. Dan tahukah Anda apa saja yang tergolong karbohidrat?” kata dr Eddy Herman Tanggo.

Jawabannya adalah semua jenis tepung dan pati beserta turunannya, yang berasal dari jenis beras dan umbi. Kemudian, satu lagi, yaitu semua jenis gula. “Jadi gula merah, gula pasir, gula aren, gula batu, madu, semuanya adalah karbohidrat. Sehingga, ketika Anda mengkonsumsi gula merah, maka tubuh anda tidak bisa membedakannya dengan gula pasir atau gula batu. Yang dideteksi tubuh adalah bahwa Anda sedang memasukkan karbohidrat. Begitu juga saat Anda makan beras merah, tubuh juga tidak tahu. Mau beras merah, putih, hitam, hijau atau pink sekalipun tubuh Anda mengenalinya sebagai karbohidrat,” tuturnya.

Apakah dengan argumen itu sudah menegaskan bahwa tidak semua itu rasanya manis. Menurut dr Eddy Herman Tanggo, sebab saat Anda makan mie instan, rasanya tidak ada manis-manisnya sama sekali, tetapi kandungannya adalah karbohidrat. “Maka mie instan akan berubah jadi gula darah,” ujarnya.

Penasaran? Sang dokter ini kembali memberikan analisisnya. Menurutnya, dengan dalil di atas, maka rasa penasaran kita akan menjawab berapa kira-kira banyak gula dalam karbohidrat yang biasanya sehari-hari dimakan, sehingga membuat tubuh menjadi gemuk? Untuk membuktikan hipotesisnya, sang dokter pun memotret dan mencatat kandungan karbohidrat pada makanan yang dulu sering dikonsumsi. Sebagai bahan perbandingan dalam postingnya, dr Eddy Herman Tanggo menggunakan ukuran dalam sendok makan agar lebih mudah menghitungnya. Yakni, 1 sendok makan sama dengan 10 gram, lalu 1 sendok teh setara dengan 3.3 gram.

Dalam postingannya, sang dokter juga mengatakan tidak berniat untuk menjatuhkan merek tertentu dalam hipotesisnya. Tujuannya hanya agar kandungan gula atau makanan yang sering dikonsumsi bisa diketahui. Dia lalu mengambil contoh Fanta yang rasanya lebih tajam di lidah dibandingkan Coca Cola atau Sprite. “Nah, berapa kandungan karbohindratnya? Dengan rumus  karbohidrat = 32 gram = 3,2 sendok makan. Ini artinya, jika saya mengkonsumsi Fanta, maka artinya saya mengkonsumsi gula sebanyak 3,2 sendok makan. Atau jelasnya, fanta yang saya minum akan menambah gula darah saya sebanyak 3,2 sendok makan,” tuturnya.

Lalu beralih pada produk Nu Green Tea, karena rasanya yang segar terlebih lagi saat kepanasan. Untuk menghitung kadar gulanya, sang dokter kembali lagi menyebutkan rumusnya yakni karbohidrat = 24 gram = 2,4 sendok makan. “Berarti, saat saya minum Nu Green Tea, maka kadar gula darah saya akan naik 24 gram atau 2,4 sendok makan,” katanya lagi.

Kemudian hitungan kembali pada produk mie instan merk Indomie yang menjadi makanan favorit  mayoritas warga di Indonesia. Lalu berapa kandungan karbohidrat dalam mie instan? Dengan rumus yang sama, karbohidrat = 81 gram = 8,1 sendok makan, tentu lebih besar lagi. “Berarti setiap mengkonsumsi satu bungkus mie istans, maka gula darah  akan meningkat 81 gram atau 8,1 sendok makan. Nah, bisa dicek ke varian produk lainnya, maka karbohidratnya rata-rata di atas 50 gram. Hal serupa juga bisa dihitung pada produk Energen plus Qtela, berapa adar karbohidratnya? Dengan rumus karbohidrat = 24 gram = 2,4 sendok makan, plus karbohidrat Qtela kabohidratnya yang mencapai 34 gram atau 3,4 sendok makan. Ini berarti, apabila memakan produk itu untuk sarapan, maka total karbohidratnya adalah 32 + 24 + 81 + 24 + 34 = 195 gram. Ini artinya lagi, ada 195 gram karbohidrat masuk ke dalam tubuh, sehingga  gula darah akan meningkat 19,5 sendok makan,” tuturnya.

Sebagai  perbandingan, dari rilis itu juga para pembaca diajak untuk mengambil gula pasir, hitung sebanyak apa jumlahnya kalau ditakar 19,5 sendok makan. “Ini belum lagi camilah, belum menghitung makan nasi tiga kali sehari bersama teh manisnya. Yang rata-rata sekali makan adalah 25 sendok nasi dan 2 sendok gula pasir alias 270 gram karbohidrat. Apalagi, kalau dikali tiga kali makan, maka gula darah akan meningkat 810 gram alias 81 sendok makan,” tuturnya.

Hal itu makin diperparah kalau dijumlah gula dari makanan pokok  plus camilannya, maka gula darah akan naik 100,5 sendok. “Bisa bayangkan anda makan 100 sendok gula dalam satu hari? Celakannya lagi, hal itu tidak Anda sadari tiap hari,” tuturnya.

Dalam kesaksian Ndika Mahendra bahwa dalam kasusnya  konsumsi karbohidrat sekitar 100 sendok makan setiap hari, maka gula darah setiap hari akan naik 1000 gram alias satu kilogram. Apa bahayanya? Menurunya, darah dalam tubuh manusia jumlahnya kurang lebih hanya 5 liter, sehingga batas toleransi kadar gulanya hanya sekitar 1 – 1,5 sendok teh. “Ya, minimal 1 sendok teh. Dan maksimal adalah 1,5 sendok teh. Kalau lebih setengah sendok teh saja, artinya sudah diabetes. Padahal, setiap hari, dengan pola makan seperti itu, maka tambahan gula darah adalah 100 sendok makan. Jadi kurang lebih 300 sendok teh,” ujarnya.

Nah, kata dia, kalau toleransi gula darah hanya 1,5 sendok teh, maka kelebihan gula darah adalah 298,5 sendok teh setiap hari. “Ini berarti, kelebihan gula darah saya adalah 298,5 sendok teh. Dengan kondisi gula darah yang sebegitu tinggi, maka pankreas harus memproduksi insulin. Apa itu insulin?  Hal inilah yang akan menekan gula darah agar stabil di angka 4-6 gram atau setara 1 – 1,5 sendok teh. Hanya saja, sifat insulin adalah Lypogenesis alias membentuk lemak badan,” ujarnya.

Dengan begitu, menurut rilis dietmorning.com itu, kelebihan gula dalam darah mencapai 100 gram akan ditaruh di liver dan 200-400 gram di taruh di otot sebagai gycogen atau cadangan gula. Sementara, sisanya akan diubah menjadi cadangan lemak badan. “Cadangan lemak inilah yang ditaruh di perut, bokong, pinggang, paha dan bagian semok lainnya. Jadilah, tubuh menjadi gendut. Dan, kalau sudah tidak ada tempat lagi, maka organ tubuh seperti hati, jantung dan pankreas juga akan ditutupi lemak. Itu tentu sangat berbahaya,” tuturnya.

Jadi, begitu darah lama-lama berlemak, mulailah terjadi plak dan akhirnya menyumbat aliran darah. Tingga menunggu waktu saja, bakal terkena jantung koroner, diabetes, stoke, impotensi, ejakulasi dini, dan seabrek penyakit lainnya. “Sebab, pankreas hampir tidak pernah stop memproduksi insulin, maka lama-lama pancreas tidak bisa produksi insulin. Atau, dalam istilah kedokteran disebut Insulin Resisten. Makanya, Anda akan siap-siap harus disuntik insulin yang harganya tidak murah. Bahkan, diabetes kering sepertinya paling berpeluang menghampiri Anda. Jadi, sedari awal, mulai berpikir produk karena setiap produk pasti ada kadar karbohidrat dan gulanya,” tuturnya.  Untuk itu, dia mengajak agar gula-gula yang bersembunyi di balik sesuatu yang tak selalu manis rasanya, bisa membuat para pembaca menjadi waspada. (jejakrekam)

Sumber : Diet Director dietmentoring.com,  Ndika Mahrenda

Ilustrasi :  LinkarNews.com
 

 

1 Komentar
  1. Dominik Vanyi berkata

    Sedikit ada yg benar… NAMUN SANGAT AMAT BANYAK KETIDAKBENARAN…
    Satu contoh aja:
    >>> 👉🏻 _100 gram karbohidrat akan menjadi 100 gram gula darah, jadi konversinya 100%_ <<>> 100 gram protein akan menjadi 56 gram gula darah, jadi konversinya 56%_ <<<
    Lebih BULLSHIT LAGI. Karena tubuh pada dasar nya gak mau Protein dijadikan Gula krn ada banyak manfaat lain dari Protein. Maka sama sekali tidak bisa ditentukan berapa banyak Protein akan menjadikan Gula Darah. Tergantung situasi dan kebutuhkan tubuh. Bisa pada satu kesempatan 10% dijadikan Gula Darah namun pada kesempatan lain jumlah Protein yg sama bisa menjadi 40% Gula Darah.
    Sya berhenti disini aja… krn mungkin aku perlu watku sampai besok tuk membenarkan segala kesalahan dari Mantel Putih ini yg cuma sok tau…
    Dan ternyata cukup banyak orang BEGO disini yg percaya2 aja krn penulis punya titel dan mempergunakan Bahasa yg meyakinkan…
    Soewarno JoyoMulyo NotoSwargo | Andi Bungatang | Engkuy Kuswara | Pramono | To Be Continue dan banyak yg lain…
    Mendingan Si Dr. Eddy Tanggo, SpB menari2 Tanggo aja dpd sebarkan ilmu cuma sok-2 aja dan tidak akurat…

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.