Dengan Orasi Ilmiah, Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat Bertambah

0

ORASI ilmiah mewarnai pengukuhan tiga guru besar yang baru di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dalam rapat senat terbuka di Gedung Sultan Suriansyah, Jalan Brigjen H Hasan Basri Banjarmasin,  Senin (27/2/2017).

ACARA yang dimulai sejak pukul 10.00 Wita, tiga guru besar baru yakni DR Ahmad Alim Bachri dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, DR Muhammad Ahsin Rifa’i (Fakultas Perikanan) serta DR H Asmu’I, masing-masing menyampaikan orasi imiahnya, di hadapan peserta rapat senat yang dihadiri para profesor dan petinggi kampus tertua di Kalimantan itu.

Alim Bahri dengan orasi ilmiah berjudul Evolusi Teori Manajemen dalam Konteks Perkembangan Ilmu Pengetahuan untuk Menjawab Tantangan Dinamika Perubahan dalam Pengelolaan Organisasi yang Kompetitif. Kemudian, giliran Muhammad Ahsin Rifa’i berorasi ilmiah bertajuk Taman Anemon Laut : Teknologi Marikultur Berbasis Ekosistem. Sedangkan, H Asmu’i dengan orasi ilmiah “Welfare State dan Pengembangan Kapasitas Pemerintah, Pokok-Pokok Pikiran Menuju Indonesia Sejahtera.”

Kelahiran tiga guru besar ini tentu saja disambut hangat Rektor Universitas Lambung Mangkurat 1997-2005, Prof H Kustan Basri. Ia mengatakan penambahan guru besar di kampus dapat memacu dosen muda lainnya untuk meningkatkan kapasitas diri. “Jumlah profesor di kampus akan semakin bertambah dan berpengaruh positif pada peningkatan akreditasi institusi,” ucap Kustan Basri.

Sebagai mantan guru besar di ULM, Kustan mengingatkan agar generasi muda terus berkarya dan berpretasi, sehingga memotivasi rekan-rekannya untuk menjadi guru besar. “Jangan sampai malah didahului pengurangan jumlah guru besar yang pensiun dan meninggal dunia, sehingga jumlah profesor semakin sedikit dan akreditasi susah dicapai,” ujarnya.

Kustan berharap banyak agar penambahan jumlah guru besar dapat secara serentak, ehingga jumlahnya semakin banyak.  Belajar dari pengalaman, ada beberapa kendala kompleks bagi dosen untuk mencapai gelar guru besar. Kustan menyebut minimnya fasilitas penelitian, meski sudah ada subsidi dari universitas, hal itu masih dirasakan kurang memadai. “Terutama biayanya, meski rektor akan memberikan biaya, masih tidak cukup apalagi kalau harus tembus ke jurnal internasional. Karena masih perlu biaya revisi dan lain-lain. Di samping kesibukan dosen yang tersita untuk mengajar dan kegiatan lainnya,” tandasnya.(jejakrekam) 

Penulis   : Chintya

Editor     : Didi GS

Foto        : Banjarmasin Post

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.