Prospek Jagung Lebih Menjanjikan di Kalsel

0

TARGET untuk tak lagi mengimpor jagung dari Kementerian Pertanian pada 2017, akan segera terwujud Indonesia. Saat ini, Kalimantan Selatan tengah menyongsong hal itu.

DEWAN Pengarah Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) Kalsel, Fathurahman mengungkapkan saat ini fokus pengembangan produk pertanian diarahkan ke tanaman jagung. “Ada lahan yang tersedia di Kalsel itu mencapai 17 ribu hektare yang ditangani Gempita. Alhamdulillah, sejak Oktober 2016-September 2017, dapat tambahan lagi 85 ribu hektare. Sejak, Januari 2017 sudah bisa digarap mencapai 21 ribu hektare, untuk sisanya tinggal menunggu anggaran turun,” ujar Fathurahman kepada wartawan, usai pengukuhan dan pelantikan pengurus Gempita Kalsel di Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kamis (2/2/2017).

Ia yakin target Kementerian Pertanian tak lagi mengimpor jagung sebagai bahan baku pakan ternak dan konsumsi, bisa terwujud pada 2017 ini. “Sedangkan, Presiden Joko Widodo menargetkan paling lambat 2018. Tapi, kami yakin hal itu akan terwujud segera,” ucapnya.

Menurut Fathurahman, untuk Kalimantan Selatan, jagung yang beredar di pasar atau bahan baku pabrik pakan ternak, sebagian disuplai dari Pulau Jawa. Ia mengungkapkan kareteristik lahan untuk jagung di Kalimantan Selatan terbagi dalam dua kategori, lahan kering (pegunungan) dan sawah (rawa). “Hingga Juli 2016 lalu, suplai jagung kebanyakan berasal dari Kabupaten Tanah Laut. Nah, sisanya disambung dari lahan-lahan sawah yang ada di kawasan Hulu Sungai,” ujarnya.

Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan Kalimantan Selatan sedikitnya dibutuhkan 250 ribu ton. “Sekarang, sudah berhasil ladang dan sawah jagung itu menghasilkan 128 ribu ton dari target 220 ribu ton. Kami yakin dalam waktu dekat, pasokan jagung yang ada bisa menyuplai kebutuhan daerah,” ucap Faturahman.

Ia menerangkan kebanyakan pasokan jagung para petani itu dijual ke pabrik pakan ternak, seperti milik  PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk di Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, serta pabrik lainnya. “Untuk memasok kebutuhan pabrik memang ada standar khusus. Jadi, sisa jagung yang tak masuk kreteria pabrik itu, akhirnya dibeli para pengusaha pakan ternak lainnya. Untuk harga telah ditetapkan Rp 3.500 per kilogram untuk jagung butiran kering,” kata Fathurahman.

Ia pun tak khawatir dengan ancaman banjir yang melanda berbagai daerah, seperti di Kabupaten Balangan. “Namun, banjir itu tidak berlangsung lama, sekarang sudah surut. Jadi, bagi petani yang tergabung dalam Gempita, akan mendapat penggantian dari perusahaan asuransi untuk yang gagal panen (fuso). Ya, kami sudah keliling, banjir yang terjadi di Kabupaten Balangan, Tanah Bumbu, Tapin dan Tabalong untuk areal persawahan, masih berada di kisaran 5 ribu hektare. Sedangkan, lahan persawahan yang ada mencapai 210 ribu hektare,” ujarnya.

Menurut Fathurahman, prospek tanaman jagung jauh lebih menjanjikan seperti yang akan dikembangkan di Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, serta tersebar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah (HST).  Sedangkan, Kabupaten Tanah Laut yang tersebar di Kecamatan Pelaihari, Kecamatan Jorong, Kecamatan Panyipatan, dan Kecamatan Batu Ampar, sudah lama mengembangkannya. “Malah, angka produksi pertanian untuk jagung terus meningkat tiap tahunnya,” katanya.

Ia membandingkan dengan trend menurun di produksi padi, justru jagung dan kedelai terun naik tiap tahun. “Dari angka BPS, produksi padi menurun akibat banjir, dari 9 persen menjadi 8,3 persen. Malah, produki jagung dan kedelai terus menaik, dari 185 ribu ton menjadi 190 ribu ton pada tahun kemarin, begitu juga kedelai dari 22 ribu jadi 25 ribu ton,” pungkas Fathurahman.(jejakrekam)

Penulis  : Iman S

Editor    : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.