Asal Tertib, Pedagang Burung Lebih Pilih Pecinan

0

RELOKASI para pedagang burung dari kawasan Pasar Ujung Murung yang disulap jadi taman kota, sepenuhnya tak sukses. Faktanya, para pedagang burung dan unggas ini tetap memilih di kawasan yang ramai pembeli seperti di eks lahan pembebasan rumah warga di Jalan Veteran, Pecinan, Banjarmasin.

DI era Walikota Muhidin periode 2010-2015, pemindahan pasar buruh dipusatkan di Basirih, Banjarmasin Selatan. Kemudian, dibangun lagi tempat permanen di kawasan Kantor Dinas Pertanian Kota Banjarmasin, hingga tersedia ada sedikitnya 10 kios. Tempat berjualan ini kini ditempati penjual ikan hias dan hewan reptil.

Ternyata, para pedagang burung dan unggas yang menawarkan berbagai aneka hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap ini, lebih memilih menggelar di pinggir jalan yang ramai lalu lintasnya.

“Kalau di tempat semula di kawasan Basirih atau di Kantor Dinas Pertanian Banjarmasin, kalau harus bawa sewa. Mana kuat, kami bayar sewa dengan penghasilan yang terkadang pas-pasan ini,” ujar Saifullah, pedagang burung saat ditemui bersama rekan-rekannya menggelar dagangan di kawasan Pecinan Banjarmasin, Sabtu (28/1/2017).

Apakah tak takut nanti Anda dan kawan-kawan akan ditertibkan Satpol PP Kota Banjarmasin? Menurut Saifullah, memang kerap ada penertiban, namun para pedagang menyikapinya dengan kucing-kucingan. “Tapi, sekarang tidak lagi. Mereka meminta agar berjualan tertib saja. Lagipula, kawasan bekas pembongkaran rumah warga di Pecinan ini juga lokasi sementara. Karena belum dipakai, ya kami gunakan untuk wadah berjualan,” ujar warga Kelayan B, Banjarmasin ini.

Ia mengakui saat kawasan Pasar Ujung Burung belum dibongkar dijanjikan areal parkir dan taman siring kota, banyak pelanggan lebih mudah mencari hewan kesayangannya. Sekarang, Saifullah dan kawan-kawan harus rela berpanas-panasan di tengah teriknya mentari untuk menawarkan dagangan burung berkicau, kucing, ayam hitam (cemani) dan lainnya.

Sebagian barang dagang ini dibeli dari penyedia besar. Sebagian besar lagi, Saifullah dan kawan-kawan mengaku menangkap di hutan atau kawasan rawa yang masih banyak spesies burungnya.

“Sepeti burung dan kondet, kami hanya menjebak di areal persawahan dengan jarring. Ya, sebagian besar burung-burung itu hasil tangkapan,” kata Saifullah. Tak hanya itu, ada beberapa burung yang kerap dipertandingkan keindahan suara kicau juga dijual Saifullah dan kawan-kawan. “Makanya, mahal atau tidaknya harga burung itu tergantung jenis. Kalau murai dan cicak hijau, dan lainnya dijual cukup mahal. Ya, tergantung tawaran si pembeli,” ujar pemuda ini.

Saifullah dan kawan-kawan mengaku dari berjualan di pinggir jalan ini, penghasilannya bisa dibawa dan menghidupi keluarganya. “Selama ini, kami berjualan juga tertib. Artinya, sepeda motor atau mobil yang singgah, jangan sampai menutupi bahu jalan,” ujar Saifullah. Di kawasan dekat Tempekong Suci Nurani Banjarmasin itu, tampak ada empat hingga lima pedagang burung dan hewan lainnya, terlihat sabar menunggu para pembelinya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.