Tantangan Kurikulum 2013 di Tengah Arus Modernisasi

0

DALAM perjalanan dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami dinamisasi. Salah satunya, adalah kurikulum. Setidaknya, dalam sejarah pendidikan terjadi beberapa kali perubahan kurikulum.

DIMULAI kurikulum 1962, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan tahun 2006 atau yang lebih dikenal dengan  KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dan, teranyar adalah kurikulum  2013.

Persoalannya sekarang, apakah perubahan kurikulum 2013 ini  mampu diterapkan di tengah prolematika guru dan infrastruktur pendidikan? Apakah perubahan dan gerak dinamika zaman dalam era globalisasi ketika semua negara di dunia sudah menjadi sebuah perkampungan global? Atau, apakah perubahan kurikulum mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana dalam amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 yaitu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman.

Banyak nada pesimis terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 ini yang terkesan kedodoran dan  dipaksakan tanpa dilakukan  ujicoba. Namun ada pula, nada optimis bahwa kurikulum 2013 ini dapat menjawab semua persoalan dunia pendidikan di Indonesia. Tujuan kurikulum 2013 ini adalah mencetak generasi yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Dengan pendekatan tematik integratif, kurikulum ini mengembangkan kompetensi inti sebagai integrator horizontal yang mengikat keseluruhan mata pelajaran dan jenjang pendidikan sebagai kesatuan. Dalam praktiknya di tingkat SD-SMP, kurikulum meleburkan materi sejumlah mata pelajaran ke dalam mata pelajaran lain.

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Yaitu, kesiapan dan penguatan para guru dalam melaksanakan kurikulum 2013, kesiapan peserta didik, ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar, kesiapan dan penguatan pemerintah daerah dalam pembinaan dan pengawasan serta kesiapan dan penguatan manajemen budaya sekolah serta sarana dan prasaran sekolah yang masih belum berimbang antara di kota dan didaerah dan yang tidak kalah penting adalah dukungan stakehoder pendidikan baik itu orang tua, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Harusnya ini mendapat perhatian serius oleh pemerintah pusat, karena untuk sosialisasi dan diklat kurikulum 2013 oleh para guru  masih kurang dan  bahkan ada yang tidak tau seperti apa  kurikulum 2013,  sedangkan dalam tahun ajaran 2013/2014 yang tinggal beberapa bulan saja kita harus sudah siap melaksanakan kurikulum 2013 ini. Bagaimana kesiapan peserta didik ditengah gencarnya dampak globalisasi terhadap dunia bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.

Dalam konteks demikian, perlu ada penekanan dan perhatian yang lebih serius dari tim pengembang kurikulum untuk memuat unsur-unsur kearifan dan kebudayaan lokal ke dalam kurikulum. Bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut melalui kegiatan pengembangan diri secara terprogram dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Diharapkan implemntasi kurikulum 2013 nantinya diikuti dengan perubahan sistem pembelajaran yang benar-benar memberikan ruang gerak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Kita berharap implementasi kurikulum 2013 nantinya tidak lagi tejebak kedalam praktik semu dimana perubahan kurikulum hanya sekedar jadi momentum “adu konsep” dan “macan kertas”, sedangkan dari segi proses dan hasilnya tidak terevaluasi dan terarah. Jangan sampai dunia pendidikan di Indonesia hanya menjadi bahan percobaan belaka yang pada akhirnya hanya akan melahirkan generasi yang tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan riil yang sedang diharapi di kehidupan masyarakat.

Dalam implementasi kurikulum 2013 yang tidak kalah penting adalah dalam kurikulum ini nantinya harus diimbangi dengan instensifnya peran pendidikan dalam lingkungan keluarga. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kajian bahwa peranan keluarga dan orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap prilaku, prestasi dan motivasi belajar anak. Disadari atau tidak bahwa globalisasi telah membawa perubahan dan pergeseran gaya hidup, sikap prilaku dalam lingkungan keluarga. Kuatnya arus globalisasi telah membawa  gaya hidup yang konsumtif, hedonis, kurangnya sikap toleransi dan kerja sama antar sesama tetangga karena memudarnya komunikasi antara anggota keluarga dan masyarakat.

Orangtua sibuk bekerja di luar rumah. Sedangkan, anak kadang kurang mendapatkan perhatian dan luput dari kasih sayang orang tua dan keluarga sehingga anak menghabiskan waktunya dengan caranya sendiri. Orangtua kadang sudah merasa cukup. Itu ketika dapat memenuhi kebutuhan hidup materiil yang anak butuhkan seperti HP terbaru, gadget tercanggih hingga kendaraan bermotor. Sedangkah untuk hubungan yang hakiki, komunikasi dan interaksir secara utuh lahir dan batin, terkadang luput dari perhatian.

Kuatnya dinamika globalisasi yang terus berkembang ke semua kehidupan masyarakat  hingga anak-anak. Dan, sekolah tidak dapat mengambil alih seluruhnya  peran orang tua dan keluarga secara utuh dalam pembetukan karakter sikap prilaku anak. Keluarga harus dapat berfungsi sebagai tempat yang menyenangkan, hangat, harmonis, dan penuh kasih sayang, sehingga nilai-nilai kepribadian, sikap prilaku dan karakter anak sudah terbentuk dari lingkungan keluarga. Dengan demikian peran sekolah dalam  mengembangan potensi kognitif, afektif dan motorik anak akan bisa belangsung dengan baik.

Sebagus apapun konsep perubahan kurikulum tanpa diimbangi dengan optimalnya peran stakeholder pendidikan seperti: orang tua dan keluarga, lingkungan masyarakat, dukungan pemerintah daerah dan pusat serta pemerhati pendidikan. Hal ini tidak akan membawa dampak positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Semoga saja dengan kerjasama dari semua pihak dan lini kita bisa melahirkan generasi bangsa yang utuh, berimtaq tinggi, kreatif, mandiri, berahlak mulia, sehingga  menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab serta dapat bersaing di tengah derasnya arus globalisasi. Semoga perubahan kurikulum ini dapat dijadikan momentum untuk kemajuan perubahan dunia pendidikan di Indonesia.(jejakrekam)

Penulis : Wakidi, S.Pd

Pendidik di Kabupaten Barito Kuala (Kalsel)

 

 

 

 

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2017/01/27/tantangan-kurikulum-2013-di-tengah-arus-modernisasi/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.