Bertahan di Bisnis Perumahan Tipe 36

0

PELAMBATAN ekonomi menyentuh seluruh sektor usaha di Indonesia, termasuk Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Bisnis properti yang sempat boming di awal 2000, kini mengalami kelesuan akibat rendahnya daya beli masyarakat.

PARA pengusaha properti atau perumahan yang semula membidik warga yang memiliki kemampuan keuangan lebih atau menengah ke atas, beralih ke bisnis perumahan bersubsidi.

“Pelambatan ekonomi itu hanya istilah makro. Sebenarnya yang terjadi adalah penurun hasil atau pendapatan, bukan hanya masyarakat tapi juga pelaku usaha, termasuk pengusaha properti,” ujar Direktur PT Bangun Maju Jaya, H Alwi Sahlan di Banjarmasin, Rabu (18/1/2017).

Ia mengatakan nyaris kelesuan ekonomi ini memangkas pendapatan usaha mencapai 50 persen lebih. Bahkan, beber Alwi, ada beberapa perusahaan perumahan yang memilih stagnan dulu sembari menunggu adanya perbaikan ekonomi di tengah masyarakat pembeli. “Bukan hanya itu, ada beberapa perusahaan perumahan yang gulung tikar,” kata mantan Wakil Walikota Banjarmasin ini.

Menurutnya, dalam kondisi perekonomian yang belum menentu, memilih bertahan dengan yang ada dalam bisnis properti merupakan sebuah tindakan yang banyak diambil pengusaha. “Sebetulnya, bukan hanya pengusaha perempuan, hal serupa juga dialami para pedagang besar di Banjarmasin dan sekitarnya,” ucap Alwi.

Dengan kondisi yang ada, mantan dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini mengakui sekarang bisnis perumahan lebih mengarah ke rumah tipe 36 ke bawah yang bersubsidi. “Program rumah tipe 36 ini memang masih bertahan, karena membidik masyarakat ekonomi menengah ke bawah.  Jangan berpikir untuk membangun rumah mewah, yang akan sulit untuk dijual kepada pembeli,” tutur Alwi.

Penurunan omzet bisnis perumahan ini diakui Alwi, bermula pada 2015 hingga sekarang.  “Dalam setahun, hanya dua buah rumah yang laku. Itu pun tergolong masih untung,” katanya. Padahal, menurut Alwi, lahan yang sedia untuk dibangun kompleks perumahan seperti di Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) cukup luas.

“Tapi ya itu tadi, daya beli masyarakat yang lemah, tentu berdampak pada sektor lainnya. Makanya, bisnis perumahan sekarang lebih mengarah ke rumah tipe 36 bersubsidi,” ujarnya. Rumah tipe 36 adalah tipe rumah yang mempunyai luas bangunan 36 m², dengan ukuran 6m x 6m = 36 m². Luas tanah pada rumah tipe 36 ini dapat dipadukan dengan beberapa ukuran luas tanah seperti 60 m² atau 72 m², sehingga disebut rumah tipe 36/60 dan tipe rumah 36/72. Tipe rumah 36 biasanya mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan ruang keluarga serta 1 kamar mandi.

Mantan Wakil Ketua DPRD Kalsel ini mengungkapkan akibat lahan-lahan siap dibangun yang tersedia, tak bisa dibangun perumahan baru, otomatis para pengusaha properti lebih memilih bertahan. “Kalau daya beli masyarakat sudah kurang, tentu pihak perbankan juga berhati-hati dalam menyalurkan kredit perumahan. Apalagi, banyak nasabah atau konsumen perumahan yang gagal bayar. Mereka malah banyak yang menjual rumahnya daripada membeli yang baru,” ujar Alwi. Ia berharap ke depan ada campur tangan pemerintah dalam menggiatkan lagi perekonomian masyarakat yang akhirnya berdampak pada membaiknya daya beli warga.

“Semoga saja, ke depan, dengan bergeraknya sektor perekonomian masyarakat juga berdampak bagi bisnis perumahan di Kalimantan Selatan,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis : Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.