Sedot Manisnya Madu, Tanpa Takut Disengat

0

SATU lagi objek wisata yang bisa dikunjungi warga Kalimantan Selatan dan sekitarnya. Manisnya madu lebah yang berpadu dengan kebun aneka buah-buahan berkualitas disuguhkan di Desa Pulau Sari, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut.

AGROWISATA yang dikelola keluarga besar H Mukhtaruddin ini menjelma sebagai destinasi wisata baru. Saban hari banyak yang berkunjung di Wisata Petik Madu Lebah Tanpa Sengat ini. “Per hari banyak yang datang berkunjung. Baik yang sekadar merasakan manisnya madu, atau memetik buah. Sebab, di tempat ini, kami juga menjual madu lebah berkualitas,” kata Ika Yuniar, marketing Agrowisata Petik Madu Lebah Tanpa Sengat ini, Senin (17/1/2017).

Ia mengakui awalnya agrowisata ini dimulai dengan kebun pepaya California. Lama kelamaan berkembang hingga menyediakan madu lebah ternak jenis trigona itama. “Kami launching agrowisata ini pada Maret 2016 lalu. Alhamdulillah, respon masyarakat sangat positif. Terbukti, banyaknya pengunjung yang datang ke tempat ini,” ucap Ika Yuniar.

Bagi para pengunjung yang ingin membawa pulang madu, Wisata Petik Madu Lebah Tanpa Sengat menyediakan madu beragam ukuran. Untuk madu berukuran 200 mililiter dibandrol seharga Rp 100 ribu. Sedangkan, ukuran lebih kecil 100 mililiter dipatok Rp 50 ribu. “Bagi yang penasaran, silakan berkunjung langsung saja. Bahkan, bisa menyedot madu dari sarangnya,” ujar Ika, seraya berpromosi.

Pembudidayaan lebah tanpa sengat trigona itama ini di areal kebun seluas 1,5 hektare ini, memang mengadopsi sistem tumpang sari. Sang pengelola H Mukhtaruddin memilih aneka buah untuk menghiasi kebunnya. Dari aneka bunga buah dan tanaman itu, akhirnya menjadi nektar yang dikonsumi lebah peliharaannya. Bisnis ini juga berawal  dari hobi,  namun kini keluarga besar Mukhtaruddin bisa merengkuh hasilnya.

Aktivitas agrowisata yang terinspirasi dari perjalanan mengunjungi ke Bogor, H Mukhtaruddin pun akhirnya berburu buah dan tanaman langka. Berbagai varietas unggul kini menghiasi kebun yang berada di belakang rumahnya itu. Ada pepaya California yang terkenal rasa manis dan mungil bentuknya,  serta buah unggulan yang dijual di supermarket jadi koleksi utamanya. Kemudian, ada pula jambu kristal Taiwan yang mirip buah apel. Dengan dagingnya yang tebal, para pengunjung seakan menikmati buah jambu jenis baru, berbeda dengan jambu kebanyakan. Bukan hanya, ada pula jambu air king rose, jambu citra, jambu air lilin hijau, jambu air black diamond, jambu air mutiara hitam, jambu pir, getas merah dan lainnya, tampak rimbun dan ranum menggoda untuk dipetik.

Aneka varietas jambu ini juga dilengkapi beragam buah yang unik. Sebut saja kacang amazon, buah tin, apel India, jeruk Bali, jambu bol Jamaika, juga tersedia. Bahkan, keluarga besar H Mukhtaruddin tak melupakan buah langka endemik Kalimantan seperti limpasu, turut dikembangkan pula. Harga yang ditawarkan agrowisata ini terbilang tak merogoh kocek dalam-dalam. Harga per kilogram yang dijual untuk buah-buah unggulan itu berkisar Rp 20 ribu ke atas.

“Masuk ke tempat kami, gratis. Kecuali, ada yang mau membeli, ya harus bayar. Tempat ini bisa menjadi tempat edukasi  dan bersantai keluarga sembari berwisata,” imbuh Ika Yuniar.(jejakrekam)

Penulis: Didi GS

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.